- Reportase Babel
- June 4, 2017
- 194
- 3 minutes read
Galakkan KSR, Kembangkan Ekonomi Rakyat
REPORTASE, Sungailiat – Pertanian yang tangguh merupakan salah satu visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bangka dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Bangka, H. Tarmizi Saat dan Rustamsyah. Untuk itu, berbagai cara dan upaya terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Bangka untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dalam waktu yang tidak lama. Salah satunya dengan terus menghimbau masyarakat dan petani untuk menanam ubi casesa, Selain menanam tanaman lainnya seperti lada, karet, dan lainnya.
Menurut Kepala Dinas Pertanian melalui Kabid Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura, Suparni, Sabtu (20/5/17) di Sungailiat mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bangka mulai dan terus menggalakkan penanaman ubi casesa ini sejak tahun 2014, 2015, 2016 dan sampai sekarang dengan dilaksanakan Program Kebun Singkong Rakyat (KSR) yang menjadi salah satu program unggulan Pemerintah Kabupaten Bangka di bidang pertanian dan perkebunan. “Tiap kecamatan terus kita berikan sosialisasi untuk menanam ubi casesa, baik melalui camat, kepala desa, gapoktan dan penyuluh,” jelasnya.
Sampai saat ini lanjut Suparni, antusias masyarakat untuk menanam ubi casesa ini sangat tinggi dan berminat. “Dulu karena hanya satu pabrik, jadi cukup kesulitan juga untuk menjual, namun dalam waktu dekat ini akan beroperasional dua pabrik lagi, yakni di Kenanga dan Puding, sehingga akan semakin mempermudah para petani untuk menjual hasil panennya,” terangnya.
Diuraikannya, dengan adanya dua pabrik ubi nanti, diharapkan masyarakat tidak ragu lagi untuk menanam ubi casesa, karena kedua pabrik pengolahan ubi casesa tersebut siap menampung dan membeli hasil panen. “Manfaatkan lahan yang ada, lahan yang nganggur untuk diolah untuk menanam ubi, karena lahan di Bangka ini cukup baik, lahan yang bekas tambang saja, masih bisa dimanfaatkan seperti di Matras itu, ditanami padi,” pesannya.
Selain itu juga, Suprani menambahkan, kedua pabrik pengolahan ubi casesa nantinya, akan banyak memerlukan bahan baku, untuk pabrik di Kenanga tersebut diperkirakan memerlukan ubi 600 ton per hari sedangkan di Puding Besar, pabrik tersebut memerlukan 800 ton per hari.
“Jadi sangat banyak diperlukan ubi untuk pembuatan tapioka, kalau tidak mencukupi, mungkin pabrik-pabrik tersebut akan mengambil dari luar Kabupaten Bangka, seperti dari Bangka Tengah, Bangka Selatan,” urainya.
Terkait harga, Suprani mengatakan, untuk sekarang ini pihak pabrik menyanggupi antara harga Rp 700 hingga Rp 750 per kilo, dan kemungkinan bisa naik lagi harganya.
“Kendala lain tidak ada, hanya kesulitan penjualan itu, namun dengan adanya penambahan pabrik, diharapkan semakin memudahkan petani untuk menjual ubinya, bibit juga tidak ada kendala lagi, jadi tunggu apa lagi, manfaatkan lahan kita untuk menanam ubi casesa. Jangka waktu panen yang tidak lama, bisa membantu dan meningkatkan ekonomi keluarga,” imbuhnya.